Monday, January 22, 2007

Dia..

Dia, 38 tahun,pria, dengan perawakannya yang sedang, berjalan melintasi jalan Pasar Kembang, Jogjakarta. Sesekali dia berusaha merapikan bajunya yang sudah setengah kusut. Sepertinya dia sedang mencari atau mungkin menunggu sesuatu?. Entahlah,, yang pasti ada sesuatu yang jelas sangat mengontrol pikirannya. Selang 10 menit kemudian dia berhenti di salah satu warung di jalan itu. Sambil melirik jam tangannya, dia keluar dari mobil, sedikit kebingungan, karena orang yang dicarinya belum ada,, dia mengeluarkan handphone berteknologi terbaru. Dia unlocked hpnya, kemudian dia mendial sebuah nomor, dilayar tertulis “ Yanto”. Oh ternyata dya sedang menunggu temannya, mungkin teman kerjanya. Karena memang dia ada di kota itu dengan alasan ada urusan bisnis. Dia terlihat berbicara dengan seseorang di telepon, dan sepertinya temannya itu sedang berada di jalan dan akan tiba beberapa saat lagi. Dia kemudian duduk di dalam warung dan mulai memesan kopi.

Dia, seorang direktur sebuah perusahaan besar di Jakarta, dengan gaji yang bisa membuat mata melotot orang yang melihatnya, dengan rumah yang sebesar lapangan bola, dengan pakaian yang sangat mahal, dengan mobil yang tak terhitung banyaknya. Akan tetapi di balik semua kemewahan yang dia miliki, terlihat dari pancaran wajahnya ada yang kurang dalam hidupnya.

Dia kembali melirik jam tangannya, “sudah 30 menit, kenapa belum dateng juga ya?!”.sudah berbatang-batang rokok dia hisap, sudah 2 gelas dia minum kopi , tapi mengapa temannya belum datang juga?. Tiba-tiba muncul satu nama di layar hpnya. “ my wife” memanggil, dia terlihat tenang mengangkatnya. Terlihat dari percakapan mereka sepertinya sang istri berusaha mengetahui keadaan dia di kota ini. Kemudian terdengar juga dia berbicara,”iya, aku akan pulang ke jkt secepatnya, aku masih ada meeting dengan klien besok pagi. Mungkin aku akan pulang 2 hari lagi, dirumah gag ada apa2 kan?”. Terdengar begitu mesranya mereka di telepon, membuatku berfikir, hidup dia memang sudah cukup sempurna. Lalu apa lagi yang membuat wajah itu terlihat agak muram?. Tapi sudahlah mungkin dia sedang ada masalah dalam pekerjaannya. 5 menit kemudian dia terlihat menutup telepon dari istrinya. Dia kembali melirik jam tangannya kemudian menyulut rokoknya sebatang lagi.

10 menit kemudian orang yang ditunggu telah tiba, wanita glamor itu memakai terusan berwarna pastel, wajahnya di sapu dengan kosmetik mahal yang membuat wanita itu terlihat cantik kemudian dengan kaki yang dibalut sepatu mahal, dia turun dari taksi. Hmmm… wanita? Bukankah tadi dia menelpon “YANTO”. Aku semakin curiga, kuperhatikan baik2 mereka berdua. Wanita itu menghampirinya, kemudian mencium kedua pipi dia. Kulihat mereka terlibat dalam pembicaraan yang mesra. Dia terlihat menawarkan wanita itu makanan atau minuman, wanita itu kemudian memesan orange juice.

20 menit kemudian, mereka berdua bangkit dari tempat duduknya kemudian memasuki mobil dia. Dia membukakan pintu untuk wanita itu. Sang wanita duduk dengan anggun, dia pun berlari kecil dan kemudian masuk kemobilnya. Tak lama kemudian dia terlihat mulai menjalankan mobilnya dan keluar dari jalan Pasar Kembang.

Aku berpikir keras, hmmm… mungkinkah dia bisa berlaku seperti itu?. Aku menduga-duga kemana perginya mereka berdua?. Mungkinkah ke mall?ke hotel? Atau…??? Ah entahlahhhhh…..yang ada di pikiranku hanyalah penyesalan2,,, menyayangkan kesempurnaan yang dia miliki harus teracuni oleh bejatnya perilaku dia.

Jauh dari kota itu, seorang wanita cantik beranak 3, sangat menyayangi keluarga dan setia kepada suaminya. Tak ada sapuan make up diwajahnya namun hal itu tak dapat menyembunyikan kecantikannya. Dengan pakaian sederhana yang dikenakannya, dengan wajah yang bersinar memancarkan kecantikan hatinya. Wajah itu tersenyum. Di balik senyum itu ada luka, ada perih, yang dipendamnya sendiri. Disimpan rasa kecewanya dalam-dalam tanpa ada seorang pun tahu.Wanita ini sedang menunggu kehadiran suaminya kembali dari urusan bisnisnya, dan berusaha bersikap lapang dada ketika wanita ini mengetahui suaminya tidak bisa pulang ke jakarta besok seperti yang telah direncanakan sebelumnya. Disimpan rasa kecewanya karena sang suami lupa akan hari perkawinan mereka hari ini. Disimpan rasa sedihnya karena dia tak ingin terlihat sedih didepan anak2 dan keluarganya. Jauh di lubuk hatinya dia tahu, dia merasakan, hawa dingin yang di hembuskan oleh suaminya sejak 3 tahun yang lalu. Namun dia berusaha mengerti. Sia-sia sudah surprise party yang telah dia buat untuk merayakan hari perkawinan merekan sekaligus menyambut kedatangan suaminya. Sang istri berpikir mungkin cara ini akan dapat menghangatkan kembali hubungan mereka yang telah membeku. Tapi semua telah percuma. Dilihatnya anak2nya yang lucu, sambil terus tersenyum, menyembunyikan kepahitan hatinya, kebekuan perkawinannya. Salah seorang anaknya bertanya “ papa pulang besok ma?”, dengan tenang dya menjawab” tidak sayang, papa masih sibuk, mungkin 2 hari lagi baru bisa pulang, sekarang kamu sikat gigi dulu, biar tidurnya nyenyak ok?”. Dipeluknya buah hatinya itu sambil tersenyum miris kemudian bulir-bulir air mata jatuh di pipinya.

Oh Tuhan, haruskah ketulusan dan kesetiaan seorang istri di hancurkan oleh bejatnya perilaku suami? Bukan harta yang dibutuhkan, bukan kemewahan yang dicari. Namun hanya sedikit kasih sayang yang dapat menghangatkan hubungan mereka. Sehingga sang istri tak perlu terus2 tenggelam dalam kesedihan dan keterpurukan karena harus berjuang mempertahankan perkawinan ini sendirian.